Sabtu, 30 Agustus 2014

Gaya Hidup Muslim Pesantren Hidayatullah

Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah.
MUNGKIN di antara kita pernah terbesit suatu pertanyaan, kenapa anak muda sekarang lebih suka kongkow-kongkow tidak karuan ketimbang antusias dalam menuntut ilmu, mengaji dan memakmurkan masjid.
Sebagian menyalahkan pihak eksternal dengan perkembangan berbagai macam media dan program yang menstimulasi anak-anak muda saat ini kan jauh dari ajaran agamanya. Sementara, dari sebagian umat Islam sendiri upaya untuk benar-benar menyeru generasi muda pada ajaran Islam tidak segetol pihak eksternal yang begitu luar biasa dalam mengemas program yang memancing minat anak muda.
Manusia Terbaik
Semua itu terjadi karena memang ada niat, semangat, kesungguhan dan konsistensi dalam menempa diri untuk terus mengisi hari-harinya dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan penuh manfaat. Mereka tidak mau melewati hari tanpa manfaat sedikitpun. Karena manusia terbaik menurut Rasul adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia lainnya.

”Rasulullah bersabda, ’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni).

Dengan demikian, maka jangan ragu, segeralah libatkan diri kita dalam setiap pekerjaan bermanfaat dalam setiap waktu yang kita miliki. Bisa dengan membantu sesama, peduli lingkungan, memakmurkan masjid, dan lain sebagainya. Sungguh, sesibuk apapun, kita masih bisa melakukan banyak pekerjaan bermanfaat, tinggal kemauan dan kesungguhan kita sendiri.
Dan, Allah telah berjanji bahwa siapa yang benar-benar bersungguh-sungguh (memberi manfaat) di jalan Allah, pasti akan Allah bukakan pintu-pintu-Nya untuk kita benar-benar menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama dan kehidupan.
“Dan orang-orang yang berjihad untuk Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut [29]: 69).*

Jumat, 29 Agustus 2014

Hebat Sedekah Di Jalan Allah.SWT

Ubah Musibah
Menjadi Rahmah

Menjadi Cerdas Spiritual

KH.Abdullah Said
Pendiri Pondok Pesantren Hidayatullah.
"Orang cerdas adalah mereka yang mampu mengendalikan nafsunya dan beramal ( berbuat) untuk masa sesudah mati, sedangkan orang yang lemah ialah mereka yang mengikuti nafsunya dan berangan-angan kepada Allah." (Riwayat Imam Ahmad)
Orang yang cerdas emosi dn spiritual enak diajak bergaul, karena mereka telah terbebas dari su'uzhan (buruk sangka), hasad (iri atau dengki), dan takabbur  (menyombongkan diri). Orang-orang inilah yang mempunyai potensi untuk meraih sukses didunia sekaligus sukses menikmati kehidupan surgawi di akherat nanti.

Kebiasaan Generasi Sekarang

Anak yg menonton TV terlalu lama dpt menurunkan kemampuannya dlm pengucapan kosakata dan keterampilannya dlm bidang matematika.

Kamis, 28 Agustus 2014

Hari Ini Milik Kita

Oleh : Darmadi,SE
HARI INI MILIK KITA
Jika kamu berada di pagi hari, janganlah menganggap sore tiba. Hari inilah yang akan Anda jalani, bukan hari kemarin yang telah berlalu dengan segala kebaikan dan keburukannya, dan juga bukan esok hari yang belum tentu datang. Hari yang saat ini mataharinya menyinari Anda, dan siangnya menyapa Anda inilah hari Anda.
Pada hari ini pula, sebaiknya Anda mencurahkan seluruh perhatian, kepedulian dan kerja keras. Dan pada hari inilah, Anda harus bertekat mempersembahkan kualitas sholat yang paling khusyu’, baca al-qur’an  yang syarat tadabbur, dzikir dengan sepenuh hati, keseimbangan dalam segala hal., keindahan dalam akhlak, kerelaan dengan semua yang Allah.SWT. berikan, perhatian terhadap keadaan sekitar, perhatiaan terhadap kesehatan jiwa dan raga, serta perbuatan baik terhadap sesame.
pada hari dimana Anda hidup saat inilah sebaiknya Anda membagi waktu dengan bijak.

Fakta Buruk Pendidikan Indonesia


Potret Generasi Muda Indonesia

Solusi dari Vidio Pendek Ini Adalah
PPASI, Jambi (Pusat Pendidikan Anak Sholeh Indonesia.
Untuk Mewujudkan Generasi Muda Indonesia, Maka Kami Sangat Membutuhkan Bantuan Bapak dan ibu Sekalian.

Konsep Kepemimpinan dalam Islam

Oleh : Ustad. Ali Imron. S.Pd.I
Ketua DPW Hidayatullah Jambi

Suatu masyarakat dan bangsa akan disebut sebagai masyarakat dan bangsa yang maju manakala memiliki peradaban yang tinggi dan akhlak yang mulia, meskipun dari segi ilmu pengetahuan dan teknologi masih sangat sederhana. Sedangkan pada masyarakat dan bangsa yang meskipun kehidupannya dijalani dengan teknologi yang modern dan canggih, tapi tidak memiliki peradaban atau akhlak yang mulia, maka masyarakat dan bangsa itu disebut sebagai masyarakat dan bangsa yang terbelakang dan tidak menggapai kemajuan.
Untuk bisa merwujudkan masyarakat dan bangsa yang berakhlak mulia dengan peradaban yang tinggi, diperlukan pemimpin dengan akhlak yang mulia. Khalifah Abu Bakar Ash Shiddik ketika menyampaikan pidato pertamanya sebagai khalifah mengemukakan hal-hal yang mencerminkan bagaimana seharusnya akhlak seorang pemimpin. Dalam pidato itu beliau mengemukakan:
“Wahai sekalian manusia, kalian telah sepakat memilihku sebagai khalifah untuk memimpinmu. Aku ini bukanlah yang terbaik diantara kamu, maka bila aku berlaku baik dalam melaksanakan tugasku, bantulah aku, tetapi bila aku bertindak salah, betulkanlah. Berlaku jujur adalah amanah, berlaku bohong adalah khianat. Siapa saja yang lemah diantaramu akan kuat bagiku sampai aku dapat mengembalikan hak-haknya, insya Allah. Siapa saja yang kuat diantaramu akan lemah berhadapan denganku sampai aku kembalikan hak orang lain yang dipegangnya, insya Allah. Taatlah kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Apabila aku tidak taat lagi kepada Allah dan Rasul-Nya, maka tidak ada kewajibanmu untuk taat kepadaku.”
Dari pidato Khalifah Abu Bakar di atas, kita bisa menangkap keharusan seorang pemimpin untuk memiliki tujuh sifat sebagai bagian dari akhlak yang mulia.
1. Tawadhu.
Secara harfiyah tawadhu artinya rendah hati, lawannya adalah tinggi hati atau sombong. Dalam pidatonya, Khalifah Abu Bakar tidak merasa sebagai orang yang paling baik, apalagi menganggap sebagai satu-satunya orang yang baik. Sikap tawadhu bagi seorang pemimpin merupakan sesuatu yang sangat penting. Hal ini karena seorang pemimpin membutuhkan nasihat, masukan, saran, bahkan kritik. Kalau ia memiliki sifat sombong, jangankan kritik, saran dan nasihatpun tidak mau diterimannya. Akibat selanjutnya adalah ia akan memimpin dengan hawa nafsunya sendiri dan ini menjadi sangat berbahaya. Karena itu kesombongan menjadi kendala utama bagi manusia untuk bisa masuk ke dalam surga. Karena itu, Allah Swt sangat murka kepada siapa saja berlaku sombong dalam hidupnya, apalagi para pemimpin. Sejarah telah menunjukkan kepada kita bagaimana Fir’aun yang begitu berkuasa dimata rakyatnya, tapi berhasil ditumbangkan dengan penuh kehinaan melalui dakwah yang dilakukan oleh Nabi Musa dan Harun as.
2. Menjalin Kerjasama.
Dalam pidato Khalifah Abu Bakar di atas, tercermin juga akhlak seorang pemimpin yang harus dimiliki yakni siap, bahkan mengharapkan kerjasama dari semua pihak, beliau mengatakan: “maka bila aku berlaku baik dalam melaksanakan tugasku, bantulah aku”. Ini berarti kerjasama yang harus dijalin antar pemimpin dengan rakyat adalah kerjasama dalam kebaikan dan taqwa sebagaimana yang ditentukan Allah Swt dalam firman-Nya: Tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam dosa dan permusuhan (QS 5:2).
Seorang pemimpin tentu tidak mungkin bisa menjalankan tugasnya sendirian,sehebar apapun dirinya. Karenanya Rasulullah Saw telah menunjukkan kepada kitabagaimana beliau menjalin kerjasama yang baik, mulai dari membangun masjid diMadinah hingga peperangan melawan orang-orang kafir, bahkan dalam suatupeperangan yang kemudian disebut dengan perang Khandak, Rasulullah menerima dan melaksanakan pendapat Salman Al Farisi untuk mengatur strategi perang dengan cara menggali parit.
3. Mengharap Kritik dan Saran.
Seorang pemimpin, karena kedudukannya yang tinggi dan mulia dihadapan orang lain, iapun mendapatkan penghormatan dari banyak orang, kemana pergi selalu mendapatkan pengawalan yang ketat dan setiap ucapannya didengar orang sedangkan apapun yang dilakukannya mendapatkan liputan media massa yang luas. Dari sinilah banyak pemimpin sampai mengkultuskan dirinya sehingga ia tidak suka dengan kritik dan saran. Hal itu ternyata tidak berlaku bagi Khalifah Abu Bakar, maka sejak awal kepemimpinannya, ia minta agar setiap orang mau memberikan kritik dan saran dengan membetulkan setiap kesalahan yang dilakukan, Abu Bakar berpidato dengan kalimat: “Bila aku bertindak salah, betulkanlah”.
Sikap seperti ini dilanjutkan oleh Umar bin Khattab ketika menjadi Khalifah sehingga saat Umar mengeluarkan kebijakan yang meskipun baik maksudnya tapi menyalahi ketentuan yang ada, maka Umar mendapat kritik yang tajam dari seorang ibu yang sudah lanjut usia, ini membuat Umar harus mencabut kembali kebijakan tersebut. Kebijakan itu adalah larangan memberikan mahar atau mas kawin dalam jumlah yang banyak.
4. Berkata dan Berbuat Yang Benar.
Khalifah Abu Bakar juga sangat menekankan kejujuran atau kebenaran dalam berkata maupun berbuat, bahkan hal ini merupakan amanah dari Allah Swt, hal ini karena manusia atau rakyat yang dipimpin kadangkala bahkan seringkali tidak tahu atau tidak menyadari kalau mereka sedang ditipu dan dikhianati oleh pemimpinnya. Dalam pidato saat pelantikannya sebagai khalifah, Abu Bakar menyatakan: Berlaku jujur adalah amanah, berlaku bohong adalah khianat.
Manakala seorang pemimpin memiliki kejujuran, maka ia akan dapat memimpin dengan tenang, karena kebohongan akan membuat pelakunya menjadi tidak tenang sebab ia takut bila kebohongan itu diketahui oleh orang lain yang akan merusak citra dirinya. Disamping itu, kejujuran akan membuat seorang pemimpin akan berusaha untuk terus mencerdaskan rakyatnya, sebab pemimpin yang tidak jujur tidak ingin bila rakyatnya cerdas, karena kecerdasan membuat orang tidak bisa dibohongi.
5. Memenuhi Hak-Hak Rakyat.
Setiap pemimpin harus mampu memenuhi hak-hak rakyat yang dipimpinnya, bahkan bila hak-hak mereka dirampas oleh orang lain, maka seorang pemimpin itu akan berusaha untuk mengembalikan kepadanya. Karena itu bagi Khalifah Abu Bakar, tuntutan terhadap hak-hak rakyat akan selalu diusahakannya meskipun mereka adalah orang-orang yang lemah sehingga seolah-olah mereka itu adalah orang yang kuat, namun siapa saja yang memiliki kekuatan atau pengaruh yang besar bila mereka suka merampas hak orang lain, maka mereka dipandang sebagai orang yang lemah dan pemimpin harus siap mengambil hak orang lain dari kekuasaannya. Akhlak pemimpin seperti ini tercermin dalam pisato Khalifah Abu Bakar yang menyatakan: “Siapa saja yang lemah diantaramu akan kuat bagiku sampai aku dapat mengembalikan hak-haknya, insya Allah”.
Akhlak yang seharusnya ada pada pemimpin tidak hanya menjadi kalimat-kalimat yang indah dalam pidato Khalifah Abu Bakar, tapi beliau buktikan hal itu dalam kebijakan-kebijakan yang ditempuhnya sebagai seorang pemimpin. Satu diantara kebijakannya adalah memerangi orang-orang kaya yang tidak mau bayar zakat, karena dari harta mereka terdapat hak-hak bagi orang yang miskin.
6. Memberantas Kezaliman.
Kezaliman merupakan sikap dan tindakan yang merugikan masyarakat dan meruntuhkan kekuatan suatu bangsa dan negara. Karena itu, para pemimpin tidak boleh membiarkan kezaliman terus berlangsung. Ini berarti, seorang pemimpin bukan hanya tidak boleh bertindak zalim kepada rakyatnya, tapi justeru kezaliman yang dilakukan oleh orang lain kepada rakyatnyapun menjadi tanggungjawabnya untuk diberantas. Karenanya bagi Khalifah Abu Bakar, sekuat apapun atau sebesar apapun pengaruh pelaku kezaliman akan dianggap sebagai kecil dan lemah, dalam pidato yang mencerminkan akhlak seorang pemimpin, beliau berkata: “Siapa saja yang kuat diantaramu akan lemah berhadapan denganku sampai aku kembalikan hak orang lain yang dipegangnya, insya Allah”.
7. Menunjukkan Ketaatan Kepada Allah.
Pemimpin yang sejati adalah pemimpin yang mengarahkan rakyatnya untuk mentaati Allah Swt dan Rasul-Nya. Oleh karena itu, iapun harus menunjukkan ketaatan yang sesungguhnya. Namun bila seorang pemimpin tidak menunjukkan ketaatannya kepada kepada Allah dan Rasul-Nya, maka rakyatpun tidak memiliki kewajiban untuk taat kepadanya. Dalam kaitan inilah, Khalifah Abu Bakar menyatakan dalam pidatonya: “Taatlah kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Apabila aku tidak taat lagi kepada Allah dan Rasul-Nya, maka tidak ada kewajibanmu untuk taat kepadaku”.
Dengan demikian, ketataan kepada pemimpin tidak bersifat mutlak sebagaimana mutlaknya ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, inilah diantara isyarat yang bisa kita tangkap dari firman Allah yang tidak menyebutkan kata taat saat menyebut ketataan kepada pemimpin (ulil amri) dalam firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri diantara kamu (QS 4:59).

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan betapa penting bagi kita untuk memiliki pemimpin dengan akhlak yang mulia. Kerancuan dan kekacauan dengan berbagai krisis yang melanda negeri kita dan umat manusia di dunia ini karena para pemimpin dalam tingkat nagara dan dunia tidak memiliki akhlak seorang pemimpin yang ideal. Karenanya, saat kita memilih pemimpin dalam seluruh tingkatan di masyarakat jangan sampai memilih mereka yang tidak berakhlak mulia. wallohu a’lam.

Peduli Itu Solusi

Mungkin ada sebagian orang menganggap aneh jika ada yang merasa aneh jika ada yang merasa lebih bahagia membantu orang lain ketimbang mendapat bantuan dari orang lain. lebih aneh lagi bila ada yang menganggap bahwa masalah diri sendiri bisa diatasi dengan cara membantu mengatsi masalah orang lain.

Resah Bila Orang Lain Susah

"Ustad.Abdullah Wahid"
Muslim yang hakiki, hatinya akan gelisah saat menyaksikan orang lain susah. ia tidak akan tenang jika mendiamkannya. Tangannya "gatal" untuk segera memberi pertolongan.
Musliim yang baik tak mungkin bersikap egois, hanya mementingkan dirinya sendiri.
Jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia ingin membaginya. ia tidak ingin senang sendiri. ia sennang ketika orang lain senang, ia bahagia ketika orang lain bahagia.

Guru Ngaji Di PPASI

Menjadi Guru Ngajii, Pilihan Mulia
Sebagian orang menganggap menjadi guru mengaji bukanlah profesi yang menjanjikan. bahkan orang cendrung menganggap remeh pekerjaan ini. mereka rela mengeluarkan biiaya mahal untuk kursus bahasa Inggris, tetapi tiidak untuk belajar al-Qur'an.
Padahal al-Qur'an adalah pedoman hidup. diidalanya terdapat kunci bagaimana memahami kehidupan dan mencapai kebahagiaan. Tanpa al-Qur'an, manusiabagaikan berjalan dalam kegelapan.

Tiga Golongan Manusia

Ustadz Abdurrahman Muhammad

Pimpinan Umum Hidayatullah
Tiga Golongan Manusia
Dan carilah apa yang telah dianugrahkan Allah,SWT. padamu (kebahagiaan) akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia..." (Al-Qashash [28]:77)
Golongan Pertama, "Dunia No, Akhirat Yes."
Golongan ini tidak atau kurang mempedulikan urusan dunia.
Golongan Kedua, "Dunia Yes, Akhirat No."
Golongan ini berpandangan bahwa dunia ini seluruhnya adalah materi dan apa yang ada dihadapannya adalah kehidupan yang sebenarnya.

Golongan Ketiga, " Dunia Yes, Akherat Yes."
Golongan ini memandang dunia tidak lebbih dari sebuah ladang yang subur untuk bercocok tanam. itulah sebabnya mereka tidak pernah berhenti beribadah, mengais rezeki, bermuamalah, memberi nafkah keluarga, dan bermasyarakat guna mencari ridha Allah yang kelak hasilnya dapat dipanen di akherat.

Dr.Abdul Manan, SE

Dr.Abdul Manan, SE
Ketua Umum Pimpinan Pusat Hidayatullah.

"Kemiskinan Beban Masyarakat dan Negara"
Jika Pemerintah berlaku adil dalam alokasi potensi sumber daya ekonomi dengan mendahulukan pribumidari pada asing, niscaya angka kemiskinan akan lebih cepat bisa diturunkan

Kunjungan Ibu-ibu Pengajian

Kunjungan Ibu-ibu Pengajian ke PPASI.
Kunjungan Dalam Rangka Menyalurkan Bantuan Bahan Pangan.

Rabu, 27 Agustus 2014

Masjid Ar-Riyad PPASI, Jambi

MASJID Ar-Riyad PPASI
Masjid adalah sentral peradaban, karena dimasjid seluruh umt muslim berkumpul untuk memenuhi kewjibannya.
Masjid Ar-Riyad PPASI lagi Masa Rehab.

Terjun Kemasyarakat

PPASI Menurunkan 18 Santri Pada Bulan Ramadhan 1435 H, untuk mengisi Kajian (Kultum) di Masjid-masjid di sekitar Jambi.
 Untuk Pelatihan PPASI Mendatangkan Tokoh-tokoh yang handal dibidangnya, untuk melatih mental dan menstruturkan kata-kata.

Peresmian Gedung MI



Penampilan Anak-anak PPASI Tingkat MI Kelas 1, 2,3 dan 5, dengan menampilakan lagu-lagu Islamai, untuk menghibur para undangan pada acara peresmian Gedung MI Hidayatullah, yang pembangunannya dibiayai oleh Angkasa Pura II Bandara Sulthan Taha Jambi.

Meraih Surga-Nya Allah.SWT

Ya Allah, gimana supaya aku bisa masuk surga ?– Hmm, tuntaskan kewajibanmu Kepada-KU dan kepada orang tua Mu, baru dapat surga

PENUGASAN DA'I

 PELEPASAN DA'I UNTUK TUGAS KE SELURUH PPULAU INDONESIA

Senin, 04 Agustus 2014

Program Lapangan PPASI

Program Tahunan
a. Paving blok jalan
b. Pagar pesantren
c. Papan informasi
d. Rihlah kujet
Program Semester
a. Kemah santri
b. Class meeting
Program Bulanan
a. Renang
b. Menanam 50 pohon
c. Semprot rumput
Program Mingguan
a. Potong rumput
Program Harian
a. Pengontrolan kebersihan

Minggu, 03 Agustus 2014

Program Kepengasuhan PPASI

Program Tahunan
a. Rikhlah keluar propinsi
b. Akhirussanah
c. Reuni alumni
d. Penghargaan santri berprestasi
e. PHBI
Program Semester
a. Kemah santri
b. Lomba antar kamar
c. Temu wali santri
Program Bulanan
a. Renang
Program Mingguan
a. Nobar
Program Harian
a. Kebersihan asrama
b. Kerapian asrama